Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Dari hasil penelitian yang ada, angka kematian bayi ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain, terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri sebagai faktor tidak langsung maupun langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah adalah ASI atau Air Susu Ibu (Notoatmodjo S, 2007)
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar.
Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur, dan eksklusif. Oleh karena itu, salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2(dua) tahun.
Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi.
Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja.
Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita.
Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%.
Dari penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabotabek (1995) diperoleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI eksklusif selama 4 bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu tersebut menyusui. Didapatkan juga bahwa 37,9% dari ibu-ibu tersebut tak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif (Roesli U, 2005).
Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu upaya pemberian ASI eksklusif. Dari berbagai penelitian menunjukan banyak alasan untuk menghentikan ASI dengan jumlah yang bervariasi : 13% (1982), 18,2% (Satoto 1979), 48% (Suganda 1979), 28% (Surabaya 1992), 47% (Columbia), 6% (New Delhi).
Selain itu gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan makanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif.
Artikel ilmiah populer berikut ini akan membahas tentang:
A. Definisi ASI Eksklusif
B. Pengelompokan (Stadium) ASI
C. Waktu Pemberian ASI Eksklusif
D. Komponen-komponen ASI
E. Manfaat ASI Eksklusif untuk Bayi
F. Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu
G. Manfaat ASI Eksklusif untuk Negara
H. Urutan Tindakan Menyusui
I. Teknik Menyusui
J. Tips Agar ASI Lancar
K. Mengapa Susu Formula?
L. Fakta Seputar ASI, Prolaktin, dan Oksitosin
M. Mitos Seputar ASI
N. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
O. Panduan Menyusui untuk Ibu Bekerja
P. Cara Memeras ASI dengan Tangan dan Penyimpanan ASI
Q. Tanda Bayi Siap Mendapatkan Makanan Padat
A. Definisi ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli U, 2005).
B. Pengelompokan (Stadium) ASI
Menurut Purwanti HS (2004), ada tiga stadium ASI:
ASI Stadium I
ASI Stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat. Warna kuning keemasan kolostrum disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.
ASI Stadium II
ASI Stadium II adalah ASI peralihan, yang diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
ASI Stadium III
ASI Stadium III adalah ASI matur, yang diproduksi dari hari ke-10 sampai seterusnya.
C. Waktu Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli U, 2005).
D. Komponen-komponen ASI
Menurut Alkatiri S (1996) dan Suradi R, Tobing HKR (2004), komponen-komponen di dalam ASI antara lain: protein, laktosa, lemak. Kadar protein ASI sebesar 0,9%, sebesar 60% diantaranya berupa whey, yang lebih mudah dicerna dibandingkan kasein (protein utama susu sapi). Lemak di dalam ASI merupakan campuran dari fosfolipid, kolesterol, vitamin A, dan karotinoid. Di dalam ASI juga terdapat asam amino (sistin dan taurin) yang tidak terdapat di dalam susu sapi. Sistin untuk pertumbuhan somatik (tubuh), sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak.
Kadar elektrolit dalam ASI lebih rendah daripada yang terkandung di dalam susu formula, ini menguntungkan mengingat kondisi ginjal bayi yang belum sempurna.
Kadar vitamin A, C, D, E dan niasin di dalam ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi atau susu formula. Sedangkan kadar vitamin neurotopik, seperti: thiamin, riboflavin, dan sianokobalamin di dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi atau susu formula.
ASI juga mengandung zat untuk melawan/memberantas jasad renik, seperti sel T dan imunoglobulin, yang merupakan pertahanan tubuh spesifik. Juga mengandung sel fagosit, komplemen C2 dan C4, lisosim, laktoperoksidase, laktoferin, transferin, yang merupakan pertahanan tubuh non-spesifik. Dengan mengikat zat besi, laktoferin telah berperan menghambat pertumbuhan Stafilokokus dan E.coli yang juga memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya. Laktoferin juga dapat menghambat pertumbuhan jamur kandida.
Selain itu, Lactobacillus bifidus di dalam ASI berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme, seperti E.coli (yang sering menyebabkan bayi menderita diare), shigella, dan jamur.
E. Manfaat ASI Eksklusif untuk Bayi
Menurut Roesli U (2005) dan Alkatiri S (1996), manfaat pemberian ASI yang diperoleh bayi adalah:
ASI sebagai nutrisi.
ASI meningkatkan daya tahan tubuh.
ASI yang keluar saat kelahiran bayi sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat ini akan melindungi bayi dari penyakit diare (mencret).
ASI meningkatkan kecerdasan.
Nutrien pada ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi adalah taurin, laktosa, dan asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6).
ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang.
Dengan menyusui, maka akan terjalin kasih sayang antara ibu dan bayinya. Si bayi juga merasa aman, tenteram, dan terjaga.
ASI eksklusif sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
Suhu ASI sama dengan suhu tubuh. Kesesuaian suhu inilah yang menyebabkan kenyamanan tersendiri bagi bayi.
ASI eksklusif dapat mengurangi terjadinya sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan pada bayi.
ASI eksklusif melindungi bayi dari serangan alergi.
ASI eksklusif meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara bayi.
ASI eksklusif membantu pembentukan rahang yang bagus.
ASI eksklusif mengurangi risiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
ASI eksklusif menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa berjalan.
ASI eksklusif menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.
F. Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu
Menurut Roesli U (2005) dan Alkatiri S (1996), manfaat ASI eksklusif untuk ibu adalah:
Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
Mengurangi terjadinya anemia.
Menjarangkan kehamilan.
Mengecilkan rahim.
Lebih cepat langsing kembali.
Mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara dan kanker indung telur.
Kebersihannya terjamin, karena ASI sangat higienis.
Lebih ekonomis (murah), bahkan gratis.
Hemat waktu dan tidak merepotkan.
Mudah pemberiannya karena tidak perlu diolah.
Segar, siap pakai, sewaktu-waktu dapat diberikan.
Portabel (mudah dibawa kemana-mana) dan praktis.
Memberi kepuasan psikologis dan kebahagiaan bagi ibu.
G. Manfaat ASI Eksklusif untuk Negara
Menurut Roesli U (2005), pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran negara karena hal-hal berikut:
Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.
Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret dan sakit saluran nafas.
Penghematan obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan.
Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara.
Langkah awal untuk mengurangi dan menghindari terjadinya lost generation di Indonesia.
H. Urutan Tindakan Menyusui
Menurut Purwanti HS (2004), ada sepuluh urutan tindakan menyusui:
Pilih posisi yang paling nyaman untuk menyusui. Siapkan peralatan seperti: kapas, air hangat, handuk kecil yang bersih atau tisu, bantal untuk penopang bayi, selimut kecil, dan penopang kaki ibu. Siapkan sesuai kebutuhan.
Baringkan bayi di atas bantal dengan baik sehingga posisi bayi saling berhadapan dengan ibu. Perut ibu berhadapan dan bersentuhan dengan perut bayi. Perhatikanlah kepala agar tidak terjadi pemuntiran leher dan punggung bayi harus lurus (tidak membungkuk).
Mula-mula pijatlah payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi puting susu untuk menjaga kelembaban puting. Lalu oleskan puting susu ibu ke bibir bayi untuk merangsang refleks isap bayi (rooting reflex).
Topang payudara dengan tangan kiri atau tangan kanan dan empat jari menahan bagian bawah areola mammae hingga bayi membuka mulutnya.
Setelah bayi siap menyusu, masukkan puting susu sampai daerah areola mammae masuk ke mulut bayi. Pastikan bayi mengisap dengan benar dan biarkan bayi bersandar ke arah ibu. Jaga agar posisi kepala tidak menggantung, karena kondisi ini akan menyebabkan bayi sulit menyusu dengan benar. Saat mengisap akan sering terlepas karena tidak ada tahanan pada kepala. Mulut bayi tidak tertekan payudara ibu.
Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga memungkinkan bayi dapat mengisap dengan benar. ASI keluar dengan lancar dan puting susu ibu tidak lecet. Bila posisi tidak benar dan puting susu ibu lecet akan menjadi pintu masuk kuman.
Susui bayi selama ia mau dan berikan ASI secara bergantian pada kedua payudara untuk mempertahankan produksi ASI tetap seimbang pada kedua payudara.
Setelah bayi selesai menyusu, sebaiknya puting susu dan sekitarnya dibasahi oleh ASI dan biarkan kering sendiri.
Setelah menyusui, bila bayi tidak tidur, sendawakan bayi dengan dengan meletakkan bayi telungkup lalu punggungnya ditepuk-tepuk secara perlahan atau bayi ditidurkan telungkup di pangkuan dan tepuklah punggung bayi.
Bila menghadapi masalah, segeralah hubungi petugas kesehatan yang memahami tata laksana ASI.
I. Teknik Menyusui
Secara ringkas, teknik menyusui adalah seperti berikut ini (Suradi R, Tobing HKR, 2004):
Memegang payudara ibu jari di atas, empat jari di bawah.
Tubuh bayi menghadap ibu.
Telinga dan lengan segaris.
Dagu bayi menempel payudara.
Areola masuk mulut bayi.
Melepas isapan dengan menekan dagu atau menggunakan jari kelingking ibu.
Menyendawakan bayi di pundak atau paha ibu.
Menggunakan dua payudara bergantian.
Menyusui tanpa jadwal.
J. Tips Agar ASI Lancar
Berikut ini sembilan tips dari Tabloid Mingguan Nakita (15-21 Juni 2009) yang perlu dilakukan ibu demi mendukung produksi ASI:
Carilah informasi tentang keunggulan ASI eksklusif saat ibu sedang hamil untuk menimbulkan motivasi menyusui.
Saat persalinan tiba, pilihlah rumah sakit yang melaksanakan kebijakan rawat gabung sehingga ibu dapat memberi ASI on demand (saat dibutuhkan).
Siapkanlah diri secara fisik dan mental untuk menyusui. Hal ini akan membuat hormon oksitosin bekerja memproduksi ASI.
Dukungan suami sangat diperlukan. Jangan takut ditinggal suami karena payudara menjadi jelek. Menyusui tidak mengubah bentuk payudara Anda.
Belajarlah cara dan posisi menyusui yang benar.
Janganlah memberi makanan/minuman apapun selain ASI pada bayi yang baru lahir.
Carilah suasana yang tenang dan bersikaplah rileks saat menyusui.
Hindarilah stres.
Konsumsilah makanan bergizi, buah-buahan, dan rajinlah minum air putih setidaknya 8-10 gelas per hari.
K. Mengapa Susu Formula?
Beberapa alasan yang mendasari pemberian susu formula kepada bayi menurut Dini Dachlia (1996) adalah sebagai berikut:
ASI belum keluar, sebagai sambilan ketika ASI belum banyak atau karena merasa ASI kurang.
Puting payudara masuk sehingga ASI sulit keluar.
Mencoba-coba agar terbiasa ketika anak ditinggal kerja.
ASI terasa kurang akibat mengonsumsi obat perangsang haid.
L. Fakta Seputar ASI, Prolaktin, dan Oksitosin
Menurut Nelson (1996) dan Mexitalia M (2004), ada beberapa fakta seputar ASI, prolaktin, dan oksitosin yang perlu diketahui:
Mulainya lagi menstruasi seharusnya tidak menghalangi kelanjutan menyusui.
Tinja bayi yang minum ASI memiliki pH yang lebih rendah daripada tinja bayi peminum susu sapi.
Kadar vitamin K yang rendah pada ASI dapat menyebabkan penyakit perdarahan pada neonatus (bayi baru lahir), sehingga pemberian 1 mg vitamin K1 secara parenteral pada saat lahir dianjurkan untuk semua bayi, terutama bayi yang akan diberi ASI.
Penyakit hemolitik bayi baru lahir (erythroblastosis fetalis) bukan kontraindikasi pemberian ASI.
Jika ibu yang sedang menyusui menderita hepatitis B, bayi harus mendapat protokol imunisasi yang dipercepat dengajn dosis pada saat lahir, 1 bulan, dan 2 bulan.
Ada dua hormon yang bekerja pada proses menyusui, yaitu: prolaktin dan oksitosin.
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang prolaktin:
Prolaktin lebih banyak diproduksi pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari sangatlah penting untuk mempertahankan laktasi.
Prolaktin membuat ibu rileks bahkan terkadang mengantuk, sehingga ibu tetap dapat beristirahat meskipun menyusui malam hari.
Hormon yang berkaitan dengan prolaktin dapat menekan pematangan sel telur, maka menyusui dapat membantu menunda kehamilan.
Beberapa tanda dan perasaan bahwa refleks oksitosin berjalan adalah:
Ibu merasa ada perasaan memeras dan menggelitik di dalam payudara sesaat, sebelum, dan sesudah menyusui.
ASI mengalir dari payudara saat ibu memikirkan bayinya atau mendengar tangisan bayi.
ASI menetes pada payudara sebelahnya saat bayinya mengisap/menetek.
ASI memancar halus saat bayi menghentikan menetek di tengah menyusui.
Nyeri karena kontraksi rahim, terkadang dengan aliran darah saat menyusui dalam minggu pertama.
Isapan serta menelan yang pelan dan dalam oleh bayi, menunjukkan bahwa ASI mengalir ke dalam mulutnya.
M. Mitos Seputar ASI
Inilah beberapa mitos seputar ASI dan ibu menyusui yang sangat menyesatkan dan merugikan masyarakat (Rosita S, 2008 dan Suradi R, Tobing HKR, 2004):
Selama menyusui harus keramas tiap pagi biar darah putih tidak naik ke kepala dan menyebabkan kebutaan.
Menyusui membuat payudara kendur dan tidak bagus lagi.
ASI bisa basi dan harus dibuang.
Setelah keluar rumah, ASI harus dibuang dulu agar bayi tidak gumoh.
Ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang pedas dan amis.
Setelah ke kamar mandi harus membuang ASI pertama dan minum air hangat.
Ibu menyusui tidak boleh minum es dan air panas.
ASI yang putih kental, seperti santan, lebih bagus dari ASI yang encer.
ASI bisa merusak kulit bayi.
Tidak boleh menyusui saat Maghrib.
ASI tidak boleh mengenai alat kelamin bayi pria.
ASI yang tidak terminum menyebabkan kanker.
ASI membuat anak obesitas.
Makan ayam arak akan membuat ASI lancar dan bayi cepat gemuk.
ASI hari pertama harus dibuang.
Bayi yang hanya minum ASI butuh asupan vitamin D.
Sebelum menyusui puting harus dibersihkan terlebih dahulu.
Dengan memompa atau memerah ASI seorang ibu bisa tahu seberapa banyak produksi ASI-nya.
ASI tidak cukup mengandung zat besi untuk kebutuhan bayi.
Menyusui membuat ibu repot dan tidak bisa beraktivitas.
Tidak ada cara untuk mengetahui seberapa banyak bayi menyusu pada ibunya.
Kecanggihan teknologi memungkinkan kandungan susu formula hampir sama dengan kandungan ASI.
Seorang ibu perokok sebaiknya tidak menyusui bayinya.
Ukuran payudara yang kecil sehingga tidak mungkin menyusui.
Menyusui membuat ibu menjadi gemuk.
Menyusui menyebabkan diare.
Pada masyarakat To Bunggu, Sulawesi Selatan, makanan tambahan (selain ASI) diberikan sebagai penenang agar bayi tidak selalu menangis.
Di pulau Lombok, penduduknya percaya bahwa ASI tidak cukup membuat bayi cepat besar dan kuat, sehingga diberi makanan tambahan pada usia bayi sangat dini. Di usia tiga hari kelahirannya, si Bayi sudah diberi nasi pakpak, yaitu nasi yang sudah dikunyah sang Ibu hingga lembut, lalu isuapkan pada bayi.
N. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
Pentingnya pemberian ASI eksklusif telah dituangkan di dalam Instruksi Presiden No. 14 tahun 1974 tentang perbaikan menu makanan rakyat dan Kepmenkes No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia. Peraturan terbaru ini disertai dengan ”Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)” yang meliputi:
Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan peningkatan pemberian air susu ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.
Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dalam hal keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.
Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.
Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan.
O. Panduan Menyusui untuk Ibu Bekerja
Menurut Mexitalia M (2004), ibu yang bekerja dan tetap menyusui anaknya setelah bekerja memiliki beberapa keuntungan, yaitu: meningkatkan produktivitas kerja, menurunkan angka absensi antara lain karena anak sakit, dan menurunkan ketegangan ibu. Untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul saat ibu bekerja, pedoman berikut ini dapat dipakai.
* Sebelum melahirkan
Komunikasikan rencana untuk menyusui setelah melahirkan dengan atasan atau pemilik perusahaan tentang:
Lama cuti melahirkan.
Diskusikan saat istirahat makan siang atau waktu lain untuk memeras ASI, tempat yang memadai untuk memeras ASI sekaligus meyimpannya.
Kemungkinan untuk bekerja sebagai tenaga penuh, paruh waktu, atau dimungkinkan tetap bekerja di rumah.
Pelajarilah aturan tentang menyusui pada ibu bekerja.
* Saat cuti melahirkan
Pertahankan kelangsungan menyusui dengan menyusui eksklusif selama mungkin.
Hindari menggunakan dot atau botol samapai menyusui menjadi mantap, umumnya 3-4 minggu pertama.
Mempelajari cara pemberian ASI yang diperas dengan gelas/sendok (lebih dianjurkan) atau dengan botol saat bayi berusia 4 minggu.
Pastikan ada tempat penitipan bayi di (dekat/sekitar) tempat bekerja atau ada pengasuh untuk bayi apabila bayi ditinggal di rumah.
Melatih cara mengeluarkan ASI dengan diperas atau dipompa.
Memilih baju kerja yang memungkinkan memeras ASI dengan nyaman.
* Saat kembali bekerja
Kurangi kecemasan dan hindari kelelahan bekerja dengan istirahat yang cukup.
Pastikan perlengkapan untuk memeras/memompa ASI serta almari es dan kotak pendingin ada di tempat kerja.
Bawalah foto bayi Anda ke tempat kerja.
Susuilah bayi sesaat sebelum berangkat bekerja dan sesegera mungkin setelah pulang dari tempat kerja.
Ingatkan pengasuh bayi untuk tidak memberikan susu dengan botol mendekati ibu pulang dari kerja.
Keluarkanlah ASI setidaknya setiap 3 jam untuk menghindari engorgement (pembengkakan/mbangkaki – Jw.).
Pakailah baju yang nyaman sehingga mudah untuk menyusui/memeras ASI.
Susuilah bayi lebih sering pada malam hari dan pada akhir minggu.
Berkonsultasilah segera pada dokter/petugas kesehatan jika timbul masalah.
P. Cara Memeras ASI dengan Tangan dan Tempat Penyimpanan ASI
Cara Memeras ASI dengan Tangan
Berikut ini cara memeras ASI sesuai standar WHO/UNICEF (1993):
Cucilah tangan sampai bersih, duduk/berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir/mangkuk bersih dekat ke payudara. Letakkan ibu jari di atas puting dan areola dan jari telunjuk di bagian bawah puting dan areola berlawanan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara.
Tekanlah ibu jari dan jari telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu, lalu tekanlah sampai teraba sinus laktiferus, yakni tempat penampungan ASI di bawah areola.
Tekan dan lepas, tekan dan lepas. Kalau terasa sakit berarti tehniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif.
Tekanlah dengan cara yang sama disisi sampingnya untuk memastikan memerasnya dari semua segmen payudara.
Hindarilah mengelus jari pada kulit payudara, namun sebaiknya seperti menggelinding.
Hindari memencet puting karena hal ini sama dengan jika bayi mengisap pada puting.
Peraslah ASI selama 3-5 menit sampai ASI berkurang pada satu payudara, lalu berpindahlah ke payudara sisi satunya, demikian terus sampai kosong.
Memeras ASI memerlukan waktu 20-30 menit. Usahakan tidak terlalu cepat dari waktu yang ditentukan itu.
Tempat Penyimpanan ASI
Temperatur ruangan
Kolostrum (17-32 ºC)
: 12 jam
ASI (19-25 ºC)
: 4-8 jam
Almari es
ASI (0-4 ºC)
: 1-8 hari
Freezer
Freezer bagian dari lemari es (beku)
: 2 minggu
Freezer terpisah, tertutup (beku)
: 3-4 bulan
Peti khusus freezer (-19 ºC)
: 6 bulan
(Sumber: Mexitalia M, 2004)
Q. Tanda Bayi Siap Mendapatkan Makanan Padat
Berikut ini tanda bayi siap mendapatkan makanan padat (Mexitalia M, 2004):
Saat didudukkan mampu menyangga kepala.
Gerakan ekstrusi hilang (saat bayi diberi makanan di lidahnya, bayi tidak akan menjulurkan lidahnya untuk mengeluarkan lidahnya itu).
Bayi mampu mengunyah.
Mampu untuk mengambil makanan dengan tangan dan memasukkan ke dalam mulut.
Keinginan untuk menyusu lebih lama atau sering yang tidak diakibatkan karena bayi sakit atau ada perubahan kebiasaan bayi.
PENUTUP
Memperhatikan manfaat yang bisa diperoleh dari pemberian ASI eksklusif, diharapkan artikel ini bisa membuka cakrawala, menyibak tirai pengetahuan masyarakat, terutama kaum ibu hamil, di dalam mendidik dan memelihara anaknya.
Semoga semua yang tertulis di dalam artikel ini dapat dimanfaatkan secara optimal dan maksimal oleh semua pihak sehingga melalui ASI eksklusif lahirlah generasi-generasi penerus bangsa yang beriman, cerdas, dan sehat secara mental, emosional, sosial, budaya, dan spiritual.
Akhir kata, penulis kutip mutiara ASI eksklusif sebagai penutup artikel ini:
“Breastfeeding is important for the healthy growth and development of all babies. Scientist confirm what mothers have always known: breastfeeding is more than just feeding and breastmilk is more than just a food.” (Dr. Georg Petersen)
“Imunisasi bayi ibu setiap hari dengan memberinya ASI eksklusif.” (International Lactation Consultant Association)
“Pengertian dan dukungan Ayah dalam upaya pemberian ASI eksklusif adalah suatu investasi yang berharga.” (Dr. William Sears)
“Untuknya adalah yang terbaik. Tiada yang dapat menandinginya. Air susu ibu adalah mata air kehidupan baginya dan sentuhan Ayah adalah kekuatannya.” (Dr. Utami Roesli, SpA., MBA., CIMI.)
DAFTAR PUSTAKA
Alkatiri S. Kajian Imunoglobulin di Dalam ASI pada Berbagai Status Gizi Ibu Menyusui dan Tingkat Kesehatan Bayi yang Disusui. Airlangga University Press. Surabaya. 1996;21-24.
Anonim. Tips Agar ASI Lancar. Tabloid Mingguan Nakita No. 533/TH XI/15-21 Juni 2009. Hlm 23.
Dachlia D. Alasan yang Mendasari Ibu Memberikan Susu Formula sebagai Pengganti ASI Sebelum Bayi Berusia 4 Bulan.
Mexitalia M. Exclusive Breastfeeding and The Right Time of Weaning. Nestle Nutrition Update. Makasar. 12-14 Maret 2004.
Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM (Ed). Nelson Textbook of Pediatrics. 15/E. W.B. Saunders Company. Philadelphia. 1996.
Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2007;243-245.
Purwanti HS. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC. Jakarta. 2004;25-28,56-61.
Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya. Jakarta. 2005;6-14.
Roesli U. Pedoman Pijat Bayi. 3rd Ed. Trubus Agriwidya. Jakarta. 2005.
Rosita S. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Ayyana. Yogyakarta. 2008;9-22.
Suradi R, Tobing HKR (Ed.). Manajemen Laktasi. Cetakan Ke-2. Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Jakarta. 2004.
WHO/UNICEF. Breastfeeding counseling a training course, participants’ manual. WHO. 1993.
Sumber :
Dr. Dito Anurogo, alumnus Fakultas Kedokteran UNISSULA Semarang, juga anggota FLP (Forum Lingkar Pena) Semarang dan Member of IFMSA (International Federation of Medical Students' Associations). Prestasinya: pernah menjadi delegasi Indonesia untuk INTERNATIONAL TRAINING EXCHANGE PROGRAMME di Hungaria, Delegasi Indonesia untuk riset di Italia dan menjadi juara II HOKI Online Literary Awards 2008 (HOLY 2008). Ia juga pernah menjadi Nominator Lomba Penulisan Esai Ilmiah Populer Harun Yahya ...
http://netsains.com/2009/07/rahasia-di-balik-keajaiban-asi/