RATNA (30), ketika baru melahirkan, langsung memberikan ASI kepada anaknya yang diawali dengan pemberian ASI eksklusif (asupan bayi hanya berupa ASI saja) selama enam bulan. Ketika umur enam bulan ke atas, ia pun mulai memberikan makanan tambahan berupa bubur lunak. Dalam perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya, anaknya menjadi seorang anak yang cerdas dan berprestasi di sekolah serta tubuhnya sehat dan tidak mudah sakit.
Apa yang dialami Ratna memang bukan hal aneh lagi. Karena ASI sejak dulu diyakini punya banyak manfaat, baik terhadap anak maupun si ibu.
Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI dikenal cukup ampuh sehingga bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI. Tak hanya itu ASI pun mampu mencegah terjadinya kanker linfomamaligna (kanker kelenjar).
Termasuk menghindarkan anak dari busung lapar, seperti yang marak belakangan ini. Sebab komponen gizi ASI paling lengkap, termasuk protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan zat-zat penting lain yang belum terungkap. Apalagi ASI adalah cairan hidup yang mampu diserap dan digunakan tubuh dengan cepat. Manfaat ini tetap diperoleh meski status gizi ibu kurang.
Sebagai makanan optimal bagi bayi, ASI mengandung lemak yang berperan dalam menyediakan energi dan perkembangan sistem saraf pusat bagi bayi. Menurut Ari Yunanto, dokter spesialis anak, konsultan Perinatologi RSUD Ulin Banjarmasin menyebutkan lemak terpenting dalam ASI yaitu asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang seperti asam dokosaheksanoat (DHA= docosahexanoat acid) dan asam arakidonat (AA = Arachidonat Acid).
Selama kehamilan AA dan DHA ditransportasikan ke tubuh janin melalui plasenta ke dalam darah vena. Setelah lahir, bayi mendapat suplai AA dan DHA melalui ASI, namun konsentrasi AA dan DHA melalui ASI tergantung asupan asam lemak ibu.
DHA sendiri berperan penting dalam perkembangan fungsi saraf pada bayi yakni komponen penting membran sel saraf. Bahkan asam lemak ini diketahui mempengaruhi kondisi biofisik struktur membran sel sehingga menjadi lebih tebal, lebih cair dan lebih padat dengan demikian mampu mempengaruhi aktivitas transmembran pada sel saraf. "Dibanding orang dewasa, kedua asam lemak ini secara khusus lebih besar pada bayi. Jenis asam ini termasuk lemak esensial yang penting bagi pertumbuhan manusia," ujarnya.
Selama masa kehamilan, AA dan DHA ditransportasikan ke tubuh janin melalui plasenta ke dalam darah vena. Setelah lahir, bayi mendapat suplai AA dan DHA melalui ASI, namun konsentrasi AA dan DHA melalui ASI tergantung asupan asam lemak ibu.
Jenis asam ini banyak terdapat dalam makanan berupa minyak tumbuhan seperti minyak biji rami, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, dan minyak kanola. Asam -linolenat yang merupakan sumber untuk mengolah DHA dapat dimetabolisme menjadi beberapa asam lemak n-3 seperti asam eikosapentanoat (EPA; 20:5n-3) dan asam dokosaheksanoat (DHA; 22:6n-3).
Alga merupakan produsen primer DHA di ekosistem, dan beberapa minyak alga kaya akan DHA. Sebagaimana yang kita tahu ikan adalah pengkonsumsi tumbuhan air seperti alga sehingga ikan kaya akan DHA dan EPA.
Kedua asam lemak ini secara khusus terkandung dalam jumlah yang lebih besar pada bayi dibandingkan pada orang dewasa.
DHA juga berperan dalam perkembangan daya kognitif pada bayi yang nantinya akan berperan dalam pembentukan perilaku. Selain itu menurut Judge, DHA juga diketahui berperan dalam perkembangan IQ (Intelligence Quotient) pada awal masa anak-anak Pada anak-anak, AA dan DHA bermanfaat dalam menurunkan angka mortalitas akibat kelainan kardiovaskular. Pada orang dewasa keduanya berperan dalam mencegah penyakit Alzheimer dan tipe lain dari demensia (pikun) karena kemampuannya dalam menghambat kematian sel akibat proses penuaan.
Bisa Diet Alami
Selain bermanfaat untuk bayi, proses pemberian ASI juga bermanfaat bagi ibu. Salah satunya diet alami. Artinya dengan dengan memberikan ASI eksklusif, berat badan ibu yang bertambah selama hamil akan segera kembali mendekati berat semula.
Naiknya hormon oksitosin selagi menyusui, menyebabkan kontraksi semua otot polos, termasuk otot-otot rahim. Nah, karena ini berlangsung terus-menerus, nilainya kurang lebih sama dengan senam perut.
Begitu juga aktivitas bangun malam untuk menyusui si kecil yang haus dan mengganti popok basahnya yang setara dengan olahraga. Belum lagi berbagai kegiatan yang dilakukan di siang hari, seperti, menggendong, memberi makan, mengajak bermain dan sebagainya.
Disamping itu ASI bisa mencegah kanker khususnya kanker payudara. Pada saat menyusui, hormon estrogen mengalami penurunan. Sementara tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi dan inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.
ASI pun bisa mengurangi risiko anemia, karena disaat menyusui otomatis risiko perdarahan pascabersalin berkurang. Naiknya kadar hormon oksitosin selama menyusui akan menyebabkan semua otot polos mengalami kontraksi. Kondisi inilah yang mengakibatkan uterus mengecil sekaligus menghentikan perdarahan. Harap diketahui, perdarahan yang berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu penyebab anemia. (bpg/berbagai sumber)
Sumber :
http://www.bangkapos.com/detail.php?section=1&category=&subcat=23&id=12519
Kamis, 07 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar